Friday, May 21, 2010

KAMONESAN

KESENIAN BELA DIRI
Selama hidup di dunia, manusia selalu berusaha untuk menjawab berbagai tantangan dalam kehidupan, seperti halnya pula menghadapi mahluk-mahluk hidup seperti binatang ataupun manusia lainnya dalam hal mempertahankan kebenaran, keadilan, perebutan tahta, harta maupun wanita.
Jawaban tersebut merupakan kebudayaan sebagai hasil daya cipta, rasa dan karsa, diantaranya lahirlah Seni Bela Diri yaitu hasil tata kelakuan manusia untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, jenisnya antara lain Penca Silat dan Benjang

PENCA SILAT
Penca Silat hidup dan berkembang di seluruh Jawa Barat di antaranya: Ciamis (Sindang Sari, Kedung Jarian, Suka Maju, Pulo Erang, Lakbok, Sindang Mulya, Emplak, Sempur Jajar, Pager Ageung, Cigugur, Rancah Hilir, Rancah Girang, Panumbangan, Panjalu, Cilacap, Bantar Sari, Pamarican, Pogor, Ciomas, Pasir Urang, Cimaragas), Sumedang, Tasikmalaya, Subang, Cianjur, Sukabumi, Kuningan, Majalengka, Cirebon, Bandung, Bogor, Bekasi.
Sejak kapan jenis kesenian tersebut lahir di daerah Jawa barat, sampai kini belum ada yang dapat memastikan, namun sekalipun demikian secara rabaan kita dapat mengira-ngira bahwa sebelum terjadinya Perang Bubat, Penca Silat sudah ada. Ini dapat dibuktikan dalam buku Kidung Sunda, Bale Pustaka, Jakarta, 1878, halaman 99 bait ke 6 tertulis sebagai berikut:
"Puluh-puluh rombongan teu kaitung, tujuh rupa PENCA, nu ulin pakarang bae, lain deui bangsa serimpi badaya.
Dengan membaca puisi di atas, kita tahu bahwa Penca sudah ada sekitar tahun 1356, sebelum terjadinya Perang Bubat.
Dalam pertunjukan Penca Silat, Kendang Penca sebagai ensambel kecil sangat berperan sebagai pendukung gerak-gerak penca. Instrumen pada Penca Silat terdiri dari:
a. 2 buah kendang besar dan 2 buah kulanter(kendang kecil) sebagai pengisi gerak dan pengatur tempo lagu
b. Sebuah terompet sebagai melodi lagu
c. Sebuah goong kecil dalam istilahnya disebut bende atau kempul, lazin disebut juga keung, merupakan anamatopoye dari bende tersebut
Jenis pukulan atau tepak pada kendang penca:
- Tepak dua : motif-motif pukulan kendang dalam tempo lambat untuk mengiringi keindahan gerak-gerak atau jurus-jurus
- Tepak tilu : motif-motif pukulan kendang dalam tempo sedang, digunakan untuk mengiringi gerak-gerak yang lebih cepat dari tepak dua
- Golempang : motif-motif pukulan kendang dalam tempo cepat sebagai pendukung jurus-jurus yang lebih cepat daripada tepak tilu. Di sini gambarannya adalah pelaku ibing penca sedang mencari lawan untuk bertarung.
- Padungdung : motif pukulan kendang dalam tempo tercepat sebagai sarana untuk mengiringi pertarungan antara kedua pelaku penca silat tersebut
BENJANG
Sebelum pertarungan dimulai dengan gaya gulat versi Sunda, diawali dulu dengan gerak-gerak tari benjang sambil memperlihatkan otot-otot tubuhnya. Gerakan tersebut mempunyai maksud agar penonton mengetahui kekuatannya. Dalam kata lain dia menantang, siapa yang sanggup berhadapan, dipersilahkan masuk ke arena. Kalau ada yang berani, segera masuk ke gelanggang, lantas saling mengukur kekuatan. Tempo pukulan Kendang dipercepat mengiringi kedua petarung tersebut, seolah-olah memberi semangat. Kedua pelaku saling membungkukan diri, dengan maksud menyembunyikan pinggangnya dari incaran lawannya. Apabila ada yang lengah, maka pinggangnya ditangkap untuk dibantingkan, bila jatuh dan tidak bisa bangun kembali dalam waktu yang telah ditentukan, maka yang menjatuhkan dinyatakan sebagai pemenangnya..
Instrumen yang digunakan sebagai pengiring benjang iniadalah:
- Kendang sebagai pengatur irama, pendukung gerak terutama gerak-gerak bantingan.
- Bajidor sebagai pengisi tesis dan pengisi gerak-gerak yang berat.
- Terbang sebagai pengiring/acompagnement.
- Tarompet sebagai melodi/ngalagu
- Ketuk dan Kenong adalah pemangku irama
- Kecrek sebagai pendukung getaran jiwa.

Jenis kesenian ini dahulu terdapat di daerah-daerah Indramayu, Kuningan, Majalengka, Ciamis, Sumedang, Ujungberung Bandung.

Kesenian sejenis dengan ama lain adalah Sampyong terdapat di daerah Cirebon bagian pesisir. Perbedaan terletak pada busana yang dipakai yaitu tidak memakai ikat kepala/iket.. Ada yang berpendapat Sampyong adalah pengaruh Cina.

No comments:

Post a Comment