Friday, May 21, 2010

TATABEUHAN

Sebelum istilah gamelan hidup dalam dunia seni suara/karawitan Sunda, telah ada suatu istilah untuk menunjukan benda tersebut yaitu "TATABEUHAN"; yaitu seluruh waditra, baik alat yang dipukul, ditiup, digesek maupun dipetik. Dalam istilah karawitan Jawa dikenal "Tatabuhan" sedang dalam karawitan Bali dikenal istilah "Tatabehan"
Ditinjau dari segi bahasa, gamelan berasal kata gamel yang artinya pukul/tabuh. Gamelan adalah seluruh alat bunyi-bunyian dalam satu unit yang terdiri dari sebagian besar alat yang cara membunyikannya dipukul, seperti yang terdapat dalam: Cara Balen, Monggang, Goong Renteng, Sekaten, Degung, Gamelan Pelog/Salendro, dan sebagainya.

AJENG
Ada yang berpendapat bahwa kata Ajeng itu kependekan dari pangajeng-ajeng (sebagai penghormatan) sesuai dengan fungsinys yaitu sebagai gending penghormatan para tamu/undangan di dalam pesta pernikahan, khitanan dsb.
Instrumennya terdiri dari: Kolenang, Kendang Paneteg dan Panongtong, Gangsa (gambang perunggu), Kempul dan goong, Kecrek dan Ketuk

CARA BALEN
Menurut asal katanya Cara Balen dari kata Cara=Seperti/Motif-motif, Balen=Bali-an> Baik Instrumen, surupan dan motif-motif pukulan, maupun susunan nada meniru Bali.
Ada juga yang berpendapat bahwa Cara Balen adalah cara kembali untuk mengulangi kalimat lagu dalam satu lagu yang berkalimat lagu satu frase.
Waditranya terdiri dari: Kolenang sebagai melodi, Gangsa sebagai melodi, Panongtong dan Paneteg, pengantar irama, Kajar pengjaga irama tetap.
Penggunaan dari gamelan ini pada saat itu adalah:
Senenan: yaitu cara Kepala desa di Ciamis berlatih perang dengan mengendarai kuda yang diadakan setahun sekali di alun-alun
Nyangku: membawa benda-benda pusaka, keris, tombak, cincin dan batu-batu ajimat yang akan dimandikan pada bulan Maulud.
Pesta Raja: Mengundang raja Onom dari pulau Erang/Majeti (Ciamis)

GOONG RENTENG
Goong Renteng biasa disebut pula Degung Renteng atau gamelan renteng, terdapat di daerah Lebak Wangi Bandung, Guradog Banten, Cikebo Tanjungsari, Cigugur Kuningan.
Waditra di masing-masing tempat mempunyai persamaan namun ada yang lengkap dan ada yang kurang, alatnya terdiri dari Bonang/ Koromong/ Kokuang Renteng,Gangsa, Cecempres/Selukat/Cecempres, Jengglong, Kendang, panglima/Kenong, Beri, Goong
Nama-nama lagu pada goong renteng antara lain: Bale bandung, Papalayon, Pangkur, Sisir Ganda, Ayun Ambing, Barong, Bung Bulut Bungbulan, Dongdang, Gersik, Pucung, Ongger Tutung

M O N G G A N G
Monggang terdapat di daerah Pandeglang, untuk penghormatan para Undangan pada pesta pernikahan atau khitanan dan peringatan hari-hari Besar.
Alatnya terdiri dari: Ponggang/Bonang, paneteg dan panongtong, Dua buah Goong Besar, Kajar

SEKATEN
Ada beberapa pendapat mengenai istilah sekaten diantaranya:
- Asal kata dari sekatian (1 kati) yaitu berat penclon dari tiap goong lebih kurang satu kilo
- Sekaten dari sesek ati (sedih) didasari oleh perasaan Siti Fatimah yang ditinggalkan oleh ke dua putranya yang gugur di medan perang
- Asal kata dari kata Sahadatein, didasari oleh tradisi dalam pertunjukan Sekaten, harus diawali dengan membaca kalimat Sahadat.
- Asal kata dari Suka Ati (gembira) atas kemenangan R. Fatah dalam peperangan.

Waditranya: Bonang, Titil/Peking, Jengglong, Paneteg dan panongtong (kendang), Cret (ketuk tanpa penclon), Dua gong besar, Demung, Kajar
Gending-gendingnya yang dihidangkan berdasarkan waktu: Sekaten (19.30), Goleng (19.45), Cilingcing Durun (20.00), Bango Butak (21.00, tepat pada waktu turun jimat), Kajongan (23.00), Pari Anom (03.00), Rambu Miring (07.00), Rambu Cilik (14.00)
Surupan yang digunakan adalah Prada atau Pelog Sapta Nada. Gamelan ini digunakan sebagi gending upacara, terutama untuk memperinati hari kelahiran dan meninggalnya Nabi muhammad SAW, yaitu bulan Maulud selama satu minggu.

DEGUNG

Arti Degung sama dengan gangsa di Jawa Tengah, Gong di Bali atau goong di Banteng yang artinya GAMELAN.
Pasa awalnya Degung terdiri dari waditra: Bonang, Jengglong, Cempres, dan sebuah Goong besar.
Pada Kongres Java Institut tahun 1921 di Bandung, diadakan satu pertunjukan di antaranya ada Goong Renteng dari Lebak Wangi. Setelah Pa Idi (alm) melihat waditra-waditra tersebut, maka Degung ditambah dengan Suling dan Kendang. Dengan adanya penambahan waditra, makin terkenallah Degung. Lebih-lebih pada tahun 1927 dan 1928, digunakan untuk mengiringi Film Loetoeng Kasaroeng.
Sekitar tahun 1962, terlihat pementasan Degung dilengkapi dengan Angklung, namun perkembangannya tidak meluas disamping kurang praktis juga tidak ekonomis.
Tahun 1964, RA Darya melengkapi Degung dengan Gambang, Dua ancak Saron dan Rebab, untuk digunakan dalam pergelaran Gending Karesmen Munding Laya karya Wahyu Wibisana. Dan pada akhir tahun 1964, Enoch Atmadibrata membuat Tari Cendrawasih dengan menggunakan Degung, untuk lengkapnya....... http://ewarnika.blogspot.com

GAMELAN PELOG SALENDRO
Gamelan merupakan sebentuk nama alat yang didukung oleh bermacam-macam waditra di dalamnya, yang merupakan satu kesatuan komposisi dalam wujud pergelarannya.
Nama-nama Waditra Gamelan Pelog-Salendro
Adapun waditra-waditra itu tertentu dalam jumlahnya menurut kebutuhan atau teknik dan tradisinya. Waditra-waditranya kebanyakan terdiri dari alat pukul, seperti: dua perangkat saron, peking, demung (panerus), selentem, bonang, rincik, kenong, kenong, kendang, kempul dan gong, rebab, gambang.
Dilihat dari segi cara membunyikannya, maka waditra-waditra dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu: alat pukul, alat petik/gesek, alat tiup.
Pada gamelan pelog-salendro sangat jarang sekali dipergunakan alat tiup (misalnya suling) karena lagu (melodi) dipercayakan pada rebab. Sebaliknya pada gamelan degung tidak dipergunakan alat gesek (rebab) karena suling telah berfungsi sebagai pembawa lagu. pada pergelaran renteng, suling dan rebab tidak dipergunakan, melodi lagu dibawakan oleh bonang.
Untuk lengkapnya klik http://ewarnika.blogspot.com

No comments:

Post a Comment